Selasa, 04 Maret 2014

Loves Indigo


Judul     : Loves Indigo
Penulis  : Wahyu Desi N
Penerbit : Leutika Prio
Tahun     : 2010
Halaman :86 Halaman

...Kaulah kembang yang terlewatkan, bak Rinai di sore hari yang menghias badan senja.  Yang memberi keindahan tanpa lupa tinggalkan jejak suram untuk sambut sang malam Rinai yang terabaikan pada awalnya, namun terasa menyentuh pada akhirnya,....


Note diatas tertulis pada cover novel kecil ini. Seorang penderita Schizofrenia yang jatuh cinta pada tokoh khayalannya. 

Prolog dimulai dengan setting Jepang, seorang gadis tak bernama, dikejar oleh beberapa orang karena dianggap sebagai malaikat pencabut nyawa. Padahal gadis tersebut hanya melihat apa yang dilihatnya. Kemudian seorang kakek menolong gadis itu  dan mereka melangkah ke Kyoto.
Sampai disini cerita terputus, dan meloncat, setting berpindah ke Solo. seorang kakek yang mengajari cucunya bermain slendro, dan terakhir memancing pembaca dengan key word, “Kisah ini belum akan dimulai Hadiman tak perlu khawatir” (halaman 7)

Setelah prolog diatas, cerita dimulai dengan tokoh bernama Rain, yang sedang berlibur di Pacitan. Rain mengalami kecelakaan di Pantai Srau. Rain berpikir kecelakaan terjadi karena keinginannya menyelamatkan seorang gadis bernama Zakia. Namun kenyataannya Zakia  adalah seorang perenang andal. Hal itu membuat Rain selalu bertanya-tanya. Apalagi kemudian Zakia menjelma menjadi beberapa orang yang ditemuinya kali berikutnya.

Sejak itu Rain merasa menjadi seorang Indigo yang dibebani “misi khusus”. Sementara yang membebani misi itu siapa Rain tidak tahu. Juga semua kejadian berhubungan dengan misi tersebut. Rain merasa selalu dikuntit hal-hal aneh. Apalagi ketika kakeknya sendiri yang tinggal di Solo tidak mengenalnya, hingga Rain pun harus diruwat. 

Keanehan-keanehan terus terjadi hingga Rain harus kembali ke Makassar (timpat tinggal Rain). Ketika kembali ke sekolah (dikelas). Rain mendapat teman baru, gadis Jepang  bernama Rinai yang di ceritakan dalam Prolog. Dan mereka berada dalam “sebuah misi yang sama”. Hingga terakhir  dokter menyatakan Rain positif mengidap Scizofrenia. 

 Awalnya OK semua enak diserap, dengan berbagai pertanyaan yang memancing pembaca.  Apalagi Wahyu mengkombinasikan dengan “acara ruwat” dari kakeknya. Membuat pembaca semakin dalam, semakin bertanya “ada apa ini”. Kemudian Wahyu mengaduknya lagi dengan misi menyelamatkan bumi, layaknya pasukan masa depan. 

Meski hanya sebuah khayalan membacanya terasa asyik. Hanya dalam beberapa jam saya menyelesaikan buku ini.
Sayang, opening yang bagus, tidak diimbangi dengan ending yang memuaskan (baik happy ending maupun sad ending) semua terasa mengambang. Meski “berhasil” dalam memancing rasa penasaran. Terasa sekali, bahwa penulis tidak “serius” memberikan jawaban dari soal-soal yang diberikannya di depan. 

Seperti wacana di dalam prolog, jika memang semua peristiwa adalah khayalan Rain. Kapan Rain meng-ilusikan kejadian tersebut? Lain halnya jika dalam suatu adegan dikisahkan Rinai menceritakan kejadian di prolog pada Rain. 

Sedikit rasa “tidak puas” dalam membaca novel ini,... tetapi bagi yang ingin mempelajari bagaimana cara memancing pembaca. Novel ini bisa menjadi salah satu wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar