Judul :
Loves Indigo
Penulis : Wahyu Desi N
Penerbit : Leutika Prio
Tahun : 2010
Halaman :86 Halaman
...Kaulah
kembang yang terlewatkan, bak Rinai di sore hari yang menghias badan senja. Yang memberi keindahan tanpa lupa tinggalkan
jejak suram untuk sambut sang malam Rinai yang terabaikan pada awalnya, namun
terasa menyentuh pada akhirnya,....
Note diatas tertulis pada cover
novel kecil ini. Seorang penderita Schizofrenia yang jatuh cinta pada tokoh
khayalannya.
Prolog dimulai dengan setting
Jepang, seorang gadis tak bernama, dikejar oleh beberapa orang karena dianggap
sebagai malaikat pencabut nyawa. Padahal gadis tersebut hanya melihat apa yang
dilihatnya. Kemudian seorang kakek menolong gadis itu dan mereka melangkah ke Kyoto.
Sampai disini cerita terputus, dan
meloncat, setting berpindah ke Solo. seorang kakek yang mengajari cucunya
bermain slendro, dan terakhir memancing pembaca dengan key word, “Kisah ini
belum akan dimulai Hadiman tak perlu khawatir” (halaman 7)
Setelah prolog diatas, cerita
dimulai dengan tokoh bernama Rain, yang sedang berlibur di Pacitan. Rain mengalami
kecelakaan di Pantai Srau. Rain berpikir kecelakaan terjadi karena keinginannya
menyelamatkan seorang gadis bernama Zakia. Namun kenyataannya Zakia adalah seorang perenang andal. Hal itu
membuat Rain selalu bertanya-tanya. Apalagi kemudian Zakia menjelma menjadi
beberapa orang yang ditemuinya kali berikutnya.
Sejak itu Rain merasa menjadi
seorang Indigo yang dibebani “misi khusus”. Sementara yang membebani misi itu
siapa Rain tidak tahu. Juga semua kejadian berhubungan dengan misi tersebut.
Rain merasa selalu dikuntit hal-hal aneh. Apalagi ketika kakeknya sendiri yang
tinggal di Solo tidak mengenalnya, hingga Rain pun harus diruwat.
Keanehan-keanehan terus terjadi
hingga Rain harus kembali ke Makassar (timpat tinggal Rain). Ketika kembali ke
sekolah (dikelas). Rain mendapat teman baru, gadis Jepang bernama Rinai yang di ceritakan dalam Prolog. Dan
mereka berada dalam “sebuah misi yang sama”. Hingga terakhir dokter menyatakan Rain positif mengidap
Scizofrenia.
Awalnya OK semua enak diserap, dengan berbagai
pertanyaan yang memancing pembaca.
Apalagi Wahyu mengkombinasikan dengan “acara ruwat” dari kakeknya. Membuat
pembaca semakin dalam, semakin bertanya “ada apa ini”. Kemudian Wahyu
mengaduknya lagi dengan misi menyelamatkan bumi, layaknya pasukan masa depan.
Meski hanya sebuah khayalan membacanya
terasa asyik. Hanya dalam beberapa jam saya menyelesaikan buku ini.
Sayang, opening yang bagus, tidak
diimbangi dengan ending yang memuaskan (baik happy ending maupun sad ending)
semua terasa mengambang. Meski “berhasil” dalam memancing rasa penasaran.
Terasa sekali, bahwa penulis tidak “serius” memberikan jawaban dari soal-soal
yang diberikannya di depan.
Seperti wacana di dalam prolog,
jika memang semua peristiwa adalah khayalan Rain. Kapan Rain meng-ilusikan
kejadian tersebut? Lain halnya jika dalam suatu adegan dikisahkan Rinai
menceritakan kejadian di prolog pada Rain.
Sedikit rasa “tidak puas” dalam
membaca novel ini,... tetapi bagi yang ingin mempelajari bagaimana cara memancing
pembaca. Novel ini bisa menjadi salah satu wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar