Selasa, 04 Maret 2014

Jurus Melawan Setan



Judul : 10 Jurus Penangkal Sihir, Dengki Dan ‘Ain
Penulis : Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah : Sofyan Fuad Baswedan
Penerbit  : At-Tibyan
Cetakan : Ke-V April 2010

Tanda orang yang bahagia adalah :
Ia mulai mengoreksi dirinya sendiri, dan mengoreksi semua dosa dan kekurangannya, sibuk membenahi kekurangan dan memperbanyak taubat.
                Seperti diketahui, setan adalah mahkluk licik, nan pintar, tetapi Allah telah menakdirkan manusia sebagai makhuk nan “sempurna”.  Jadi sehebat apapun kelicikan setan, tetap saja manusia bisa mengalahkannya (jika bertaqwa). Karena manusialah khalifah di muka bumi.

                Setan dengan kepandaian rata-rata, mampu membujuk manusia untuk mengkonsumsi, minuman oplosan, pil koplo, rokok. Lihai meniupkan fatamorgana bahwa minuman yang pahit itu begitu lezat. Padahal jelas-jelas kenikmatannya tidak sebanding dengan manfaatnya. 

Lalu bagaimana dengan Setan dengan kepandaian “plus,plus?” Alias setan-setan yang bersekutu dengan jin dan manusia? Adakah manusia yang bisa mengahkannya? Jelas tidak ada. Yang bisa mengalahkannya adalah Allah. Dan manusia yang diberlindung dibalik kekuasaan Allah, adalah manusia yang paling Aman.

Buku ini mengupas 10 cara untuk mendapatkan perlindungan Allah tersebut.  Setiap cara dijabarkan dalam satu Bab. 
Kesepuluh cara diatas, sebenarnya sudah pernah saya baca dalam buku Memurnikan Taubat, dan Adab Berdoa  Karya Hasan Al Bana  (CMIIW)). Tidak mengherankan karena inti dari menangkal sihir, adalah kita meminta perindungan kepada Allah dengan cara mendekatkan diri dan bertaubat. 

Cara Pertama adalah Berlindung kepada Allah dari Kejahatan Mahluknya.
 Penulis menjabarkan dengan tiga surat : yaitu QS Al Falaq, QS Ibrahim 34, dan QS Ghafir 56.  Penulis juga menjabarkan makna berbagi kata dalam ayat tesebut.
 Ketika meminta perlindungan Allah dari sesuatu yang tidak nampak mata, Allah mengajarkan kita menggunakan Assami’il ‘alim= Yang maha Mengetahui  (QS Al A’raf& QS As Sajdah)
Namun ketika berlindung dari manusia lain (dari dengki manusia lain) Allah mengajarkan menggunakan Assam’ul bashir = Yang maha melihat (QS Al Mu’min/Ghafir 56)

Kedua adalah Bertakwa kepada Allah.
Bagaimana berharap Allah mau menolong,  jika kita termasuk hamba yang tidak patuh QS Ali Imron 120 serta Hadist “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya Engkau mendapatkannya dihadapanmu”

Cara Ketiga adalah Bersabar Atas Musuhnya.  
Allah telah menghalalkan Qhisos (pembalasan yang setimpal). QS Al Haj:6 (Dan barang siapa membalas dengan setimpal penganiayaan yang pernah ia terima kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya)
 Lalu bagaimana dengan orang yang dizholimi tetapi tetap sabar (tidak membalas) dan berserah kepada Allah? Apalagi dia termasuk hamba yang bertakwa? Tentu sunatullah (ketetapan Allah) yang berjalan. 

Cara Keempat adalah  Bertawakal kepada Allah
Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan rizkinya (QS At Thalaq 3). Buku ini juga menjelaskan bahwa kaum muslim mesti berhati-hati dengan pendapat : jika seorang sufi mencapai tingkatan tertentu (setahap demi setahap) maka dia dapat beribadah tanpa perlu syariat.

Cara Kelima : Mengosongkan Hati dengan Tidak Memikirkannya.
“Namun jika ia segera menarik ruh (alam pikiran)nya dari musuhnya kemudian menjaga dirinya dengan tidak memikirkan atau mengingatnya, bahkan ketika pikiran itu terlintas dibenaknya... Kedengkian (hasad) ibarat api, takkala api itu tidak mendapati apa yang bisa dibakar, maka dia akan membakar dirinya sendiri)” hal 20.
Cara Keenam : Bertaqarrub dan Mengikhlaskan Diri Untuk Allah
Pada Bab ini penulis mengingatkan pada Janji Iblis yang diabadikan dalam QS As Shaad:82 “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan semuanya. Kecuali hamba-hambamu yang mukhlish diantara mereka” (halaman 24)
Kemudian janji setan dijawab oleh Janji Allah  (QS Al Hijr, 42)
“Sesungguhnya, hamba-hambaKu, tidak ada kekuasaanmu atas mereka”.

Cara Ketujuh : Memurnikan Taubat untuk Allah.
Pada bab ini penulis runut, menjelaskan perlunya Taubat. Pada awal Bab penulis menjelaskan bahwa apa yang menimpa kita sesungguhnya adalah hasil perbuatan kita sendiri. Sehingga tidak ada alasan untuk menyalahkan siapapun.
Tanda orang yang bahagia adalah :
Ia mulai mengoreksi dirinya sendiri, dan mengoreksi semua dosa dan kekurangannya, sibuk membenahi kekurangan dan memperbanyak taubat. 

Cara Kedelapan : Besedekah dan Berbuat Kebajikan Semampunya, disini penulis menjelaskan bahwa sedekah memiliki kekuatan luar biasa untuk mencegah sihir ain.

Cara Kesembilan : Memadamkan Kedengkian Permusuhan dan Gangguan Orang Dengan Berbuat Baik Kepadanya
Penulis menisbatkan uraian pada (Qs Fushihat 34-35, QS 28:54) Juga memberikan contoh pada sikap Rasullullah saat beliau dianiaya hingga berdarah. Beliau berdoa:
“Ya Allah ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui”. 

Cara Kesepuluh : Memurnikan Tauhid untuk Allah
Tauhid adalah awal dan akhir. Ketika memasuki islam yang petama kali diucapkan adalah kalimat tauhid (syahadat). Ketika memasuki gerbang kematian, yang pertama kali ditanyakan juga Tauhid. 

Penulis memberikan kiblat QS Yunus 107, Serta sebuah hadist riwayat Tarmidzi.
Ketika hati seseorang mulai bergantung kepada selain Allah, berharap dan takut kepada selain Nya. Seketika itulah dia akan dikuasakan kepada yang ditakutinya. (Hal 44)

Cara penyampaian buku ini enak, membumi dan mudah diterima (meskipun tidak meremaja). Pembahasannya berisi, tidak normatif. Bukunya yang tipis (hanya 40 hal) membuat nyaman. Termasuk juga untuk dibaca anak2. 

Hanya saja, meskipun judul buku menangkal sihir, Ilustrasi cover : lelaki menunduk dengan kepala terbungkus jaket, terkesan seram. Kurang islami. Akan lebih elegan jika ilustrasi cover seseorang bergerak menuju cahaya.  Sehingga fokus awal calon pembaca tidak pada setannya melainkan pada cahayannya. Selaras dengan isinya.
Semoga pengarang dan penerbitnya dirahmati.
Eh, termasuk peresensinya deng,...Amin












Tentang Sahabat



Judul        : Persahabatan
Editor       : Heidi Saputra
Penerbit  : Kharisma Publishing Group
Tahun      : 2014
Halaman : 32 Halaman

Tema Persahabatan tidak pernah akan usang. Tidak hanya untuk kalangan anak-anak, bagi para ABG, dan dewasa pun cerita persahabatan selalu menarik. Jika cerita persahabatan basi, tentu saja FB, Twitter, Line serta bebagai  jejaring sosial lain pasti kolaps.


Setiap ibu pasti menginginkan anaknya bergembira, mempunyai banyak sahabat, mampu berempati serta menikmati seluruh seluruh interaksi mereka dengan teman-temannya. 

Seluruh isi buku ini, adalah tentang persahabatan, mulai dari difinisi sahabat, apa yang harus dilakukan dalam persahabatan, serta kejadian-kejadian dalam persahabatan. 

Untuk anak-anak yang sedikit manja,  agak egois, anak tunggal, buku ini perlu. 
Bentuk penyampaian adalah nasehat yang “to the point” langsung ke inti masalah. Misalnya : “ Persahabatan adalah bergembira bersama-sama apabila melakukan perbuatan lucu. Kamu merasa bergembira apabila temanmu bergembira. Bersendau gurau lebih baik daripada saling mengejek.”

Tetapi sayang, pengarang tidak mengklasifikasikan tulisan berdasarkan misinya. Karena tiap halaman tidak mempunyai makna yang sama, akan lebih mudah diserap anak-anak jika penulisannya dikelompokkan. Semua misi tercampur acak. 

Buku ini pilihan Tic-Tac, karena itu saya yakin Tic Tac (anak saya) bisa memahaminya dengan baik. Terbukti buku ini terus saja dibawanya kesana-kemari. 

Saat berada di etalase Ilustrasi cover, terasa berbeda dengan sekitarnya “lebih meng-ABG”. Tetapi, mungkin karena Tic-Tac anak bungsu, jadi memilih cover yang lebih gede dari umurnya.

Ada satu pertanyaan saat membaca buku ini, baik sebagai pereview, juga sebagai orang tua si kecil. Mengapa tidak disebutkan nama Penulis? Hanya terdapat nama editor pada tempat yang biasanya disemat nama penulis? Bagi saya selaku orang tua pembaca (anak), menyematkan nama penulis itu perlu, meskipun hanya nama samaran. Karena penulislah yang bertanggung jawab terhadap apa yang ditulis.





Sebuah Ketegasan

Judul        : Jalani Mimpimu Sekarang Juga
Penulis    : Gisongi
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun      : 2013
Halaman :207 Halaman

Buku ini pilihan Tic-Tac (6 th). Memang terasa lebih gede dari umurnya. Tetapi  adik cenderung “ikut kakak” ketika  Alpukat kakaknya (10 th) membeli buku ten-ten series, Tic-Tac ikut-ikutan deh. Hehe, ada yang menarik ketika membeli buku ini, seluruk rak (ten-ten) series, warnanya pink semua. Jadi rada bingung membedakan.  Mungkin jika ada satu warna hijau ditengah.  Yang hijaulah yang diambil Tic-Tac.  (sory OOT} 

Novel ini terdiri dari 5 Chepter. Dengan judul yang menarik, seperti : Perjalanan Mencari Bakat, 1% Hidupkan Bakat Khususmu, Bakat Terbentuk dengan Sendirinya!, Anak Berbakat, dan Anak yang Tak Berbakat & Tantangan yang Tak Pernah Berakhir Untuk Mengejar Mimpi. 

Ten-Ten Series mengisahkan perjuan Eun Bi untuk menjadi seorang artis. Eun-Bi mempunyai teman yang juga sedang berjuang menjadi fotografer, namanya Hwi Won. Karena sama-sama berjuang, mereka mempunyai simbiosis mutualisme.

Eun Bi mempunyai kekasih seorang artis terkenal, bernama Kang Ubin. Dalam peran, dan dalam dunia keartisan Kang Ubin dijodohkan dengan artis terkenal benama Yae Jin.   Kang Ubin “dipaksa” oleh agen mereka untuk berpura-pura menjalin kemesraan dengan Yae Jin.  Disini Ubin bersikap keras menentang.

Kemudian dalam suatu audisi yang diadakan oleh agensi, dimana finalis terakhir Eun Bi dan Yae Jin. Ketika tampak karakter yang dimainkan Eun Bi lebih menggigit, dan Yae Jin  minim respon. Agen mengubah materi. Kang Ubin yang melihat pengubahan materi, jadi mengerti segala kecurangan agen.
Disinilah berbagai ketegasan sikap dicontohkan. Bagaimana seseorang yang sudah mempunyai nama besar, akhirnya memilih “kembali merintis dari bawah”

Secara keseluruhan ceritanya bagus, menarik. Banyak keteladanan dan prinsip-prinsip ditanamkan. Diantara perpindahan chepternya juga disisipkan  berbagai Tip perjuangan menjadi artis. Demikian juga diawal Chepter, banyak pertanyaan-pertanyaan yang membuka pikiran anak-anak menuju isi.
Untuk masyarakat secara umum bagus. Tetapi untuk saya pribadi tetap saja produk dalam negri (karya pengarang Indonesia (NB: jika ada)) akan lebih bagus. 




Loves Indigo


Judul     : Loves Indigo
Penulis  : Wahyu Desi N
Penerbit : Leutika Prio
Tahun     : 2010
Halaman :86 Halaman

...Kaulah kembang yang terlewatkan, bak Rinai di sore hari yang menghias badan senja.  Yang memberi keindahan tanpa lupa tinggalkan jejak suram untuk sambut sang malam Rinai yang terabaikan pada awalnya, namun terasa menyentuh pada akhirnya,....


Note diatas tertulis pada cover novel kecil ini. Seorang penderita Schizofrenia yang jatuh cinta pada tokoh khayalannya. 

Prolog dimulai dengan setting Jepang, seorang gadis tak bernama, dikejar oleh beberapa orang karena dianggap sebagai malaikat pencabut nyawa. Padahal gadis tersebut hanya melihat apa yang dilihatnya. Kemudian seorang kakek menolong gadis itu  dan mereka melangkah ke Kyoto.
Sampai disini cerita terputus, dan meloncat, setting berpindah ke Solo. seorang kakek yang mengajari cucunya bermain slendro, dan terakhir memancing pembaca dengan key word, “Kisah ini belum akan dimulai Hadiman tak perlu khawatir” (halaman 7)

Setelah prolog diatas, cerita dimulai dengan tokoh bernama Rain, yang sedang berlibur di Pacitan. Rain mengalami kecelakaan di Pantai Srau. Rain berpikir kecelakaan terjadi karena keinginannya menyelamatkan seorang gadis bernama Zakia. Namun kenyataannya Zakia  adalah seorang perenang andal. Hal itu membuat Rain selalu bertanya-tanya. Apalagi kemudian Zakia menjelma menjadi beberapa orang yang ditemuinya kali berikutnya.

Sejak itu Rain merasa menjadi seorang Indigo yang dibebani “misi khusus”. Sementara yang membebani misi itu siapa Rain tidak tahu. Juga semua kejadian berhubungan dengan misi tersebut. Rain merasa selalu dikuntit hal-hal aneh. Apalagi ketika kakeknya sendiri yang tinggal di Solo tidak mengenalnya, hingga Rain pun harus diruwat. 

Keanehan-keanehan terus terjadi hingga Rain harus kembali ke Makassar (timpat tinggal Rain). Ketika kembali ke sekolah (dikelas). Rain mendapat teman baru, gadis Jepang  bernama Rinai yang di ceritakan dalam Prolog. Dan mereka berada dalam “sebuah misi yang sama”. Hingga terakhir  dokter menyatakan Rain positif mengidap Scizofrenia. 

 Awalnya OK semua enak diserap, dengan berbagai pertanyaan yang memancing pembaca.  Apalagi Wahyu mengkombinasikan dengan “acara ruwat” dari kakeknya. Membuat pembaca semakin dalam, semakin bertanya “ada apa ini”. Kemudian Wahyu mengaduknya lagi dengan misi menyelamatkan bumi, layaknya pasukan masa depan. 

Meski hanya sebuah khayalan membacanya terasa asyik. Hanya dalam beberapa jam saya menyelesaikan buku ini.
Sayang, opening yang bagus, tidak diimbangi dengan ending yang memuaskan (baik happy ending maupun sad ending) semua terasa mengambang. Meski “berhasil” dalam memancing rasa penasaran. Terasa sekali, bahwa penulis tidak “serius” memberikan jawaban dari soal-soal yang diberikannya di depan. 

Seperti wacana di dalam prolog, jika memang semua peristiwa adalah khayalan Rain. Kapan Rain meng-ilusikan kejadian tersebut? Lain halnya jika dalam suatu adegan dikisahkan Rinai menceritakan kejadian di prolog pada Rain. 

Sebuah Sisi Lain



              
 
Judul      : Aku Tahu Aku Gila
Penulis   : Bahril Hidayat Lubis
Penerbit : Media Grafika Utama
Tebal      : 212 Halaman
Cetakan : Ke-I September 2010

“Aku adalah mantan orang gila yang sewaktu-waktu bisa diserang oleh penyakit  mengerikan itu.  Seragan gejala-gejala psikosis yang menciutkan nyali siapapun apabila penderita tidak mengenal dirinya sendiri “ (hal 157)

Novel Aku tahu Aku Gila (ATAG), diangkat dari kisah kehidupan Bahril melawan scizofrenia.  Penyakit yang dideritanya saat kuliah. Hingga berhasil menjadi seorang dosen.

Begitu parahnya kondisi Bahril, hingga ketika ayahnya mengutarakan niatnya untuk memberangkatkan Bakhril ke Baitullah jika sembuh, sang psikiater bersumpah, mengencingi Ka’bah jika Bahri naik haji (Naudzubillah)

Pada buku ini Bahril menceritakan apa yang dialami dan di rasakan oleh penderita scizofrenia atau yang dikenal oleh masyarakat awam sebagai gila. Awalnya  Bahril mendapat bisikan-bisikan. Juga pernah melihat bayangan-bayangan. Yang mungkin bagi orang awam bayangan-bayangan semacam itu dianggap mahluk halus. Sedang dalam ilmu kedokteran disebut halusinasi (hal 66).

Jangan membayangkan Bahril sedang sendiri, melamun, atau pikiran melayang-layang, kemudian bayangan tersebut datang. Tetapi ditengah-tengah mengajar mahasiswa pun bayangan-bayangan tersebut bisa muncul. Ketika bayangan tersebut muncul, expresi kaget, takut dsb dari  Bahril membuat mahasiswa bertanya-tanya. Saat-saat menjadi pusat perhatian seperti itulah bisikan-bisikan semakin menguat. 

Karena  Bahril sadar bahwa dirinya adalah penderita scizofrenia, dia menekan kecemasannya dengan berbagai zikir. Beberapa bisikan itu antara lain:
            “Lihatlah dia, dia gila dihadapan mahasiswanya. Ha ha ha...”
            “Sungguh manusia tidak berguna. Cocoknya dimasukin kemana, ya?”
            “Sebaiknya dia cepat-cepat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Sebelum dia memukuli orang-orang disini. Memalukan. Atau?’
            “Atau apa?”
            “Ayo! Gantung saja lehermu!”
            “Ayo tunggu apa lagi?”
Ketika Bahril mulai berzikir, yang muncul  adalah,
            “Sudahlah, Tuhan tak akan memaafkanmu. Percuma kau berzikir!” (hal 71-75)

Tetapi Bahril adalah manusia beruntung, dalam kondisi penyembuhan sudah ada wanita yang melamarnya. Sebuah kebesaran yang harus diakui oleh siapapun. Dukungan istri, keluarga, dan bahkan mertua, yang akhirnya mempercepat penyembuhan Bahril  dari cengkeraman skizofrenia. Lebih-lebih setelah anaknya lahir.

Diakhir buku terdapat Resensi Penutup dari H Fuad Nashori. Memoar menyatakan Bahri telah sembuh dengan berbagai analisa, sebuah analisis yang asyik untuk disimak. Beiau adalah dosen Bahril di UII.  Salah satu  seperti ini :

Saya tidak menyangka kamu akan sembuh, karena lebih sulit menyembuhkan penderita psikotik dengan potensi kecerdasan diatas rata-rata. Potensi itu pernah kamu jadikan sebagai bentuk reaksi sikap defensif dan selalu beragumen dengan terapis. Pada akhirnya kita harus kembali kepada agama. 

Membaca buku Bahril ini, menjadikan kita mampu melihat sisi lain kemansiaan. Siapa sih yang mau mengalami depresi? Terlebih mendapat halusinasi, hingga Skizofrenia (gila). Dan bahwa tidak ada penyakit yang tidak obatnya. Kemauan keras Bahril, dan kebesaran hati keluarga, menjadikan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Covernya menarik, meski mengambil warna pastel, tetapi tetap eye catching. Ukuran mini membuatnya mudah diselipkan. Tetapi karena ini terbitan lama, mungkin pembaca sudah punya. Jika belum, alhamdulillah, resensi ini ada manfaatnya .