Senin, 27 Januari 2014

Meneladani Etos Kerja Jawara


Alhamdulillah, Resensi tersebut tembus Koran Jakarta. Terbit, 27 Januari 2014
Link Koran Jakarta
Tulisan ini diikutkan dalam IRC 2014
Mengintip Etos Kerja Jawara

“Keadaan bisa tidak menguntungkan dalam sebuah pertandingan. Serangan mental dapat datang dari berbagai arah. Mental pemenang harus mampu memegang kendali atas dirinya. Bukan membiarkan keadaan mengendalikannya”
(Susi Susanti-Atlit Bulu Tangkis)

Sudah bukan rahasia lagi jika bangsa Asia memiliki etos kerja yang tinggi. Keterbatasan, membuat penduduknya mempunyai daya juang yang rekat dan kuat. Ketangguhan itulah yang akhirnya mengantarkan mereka meraih puncak tertinggi dalam kejuaraan-kejuaraan tingkat dunia.

Sebuah keberhasilan selalu menyimpan kekuatan yang menginspirasi. Demikian juga setiap piala dan penghargaan yang diterima, selalu menyimpan kerja keras, kekuatan tekat dan semangat yang tak pernah padam didalamnya.

Buku Catatan Sang Pemenang ini mereview jalan naik dan langkah-langkah yang  telah dilakukan oleh mereka yang menggenggam prestasi. Demikian juga halangan-halangan yang menjadi pembatas antara sang Pemenang dengan kemenangannya.  Termasuk titik balik yang melontarkan mereka dari titik terendah. Baik titik terendah yang dibuat oleh mereka sendiri, ataupun mental block yang dipaksa masuk oleh lingkungan.

Dalam antologi yang dikomandani oleh Tuti Sitanggang ini,  kisah inspiratif dibagi dalam lima kategori, yaitu Hasrat yang Paling Membakar, Kesetiaan pada Ikrar, Semangat Pantang Menyerah, Peluang Menaikkan Level serta Pembelajaran dan Bonus.

Seorang Ibu yang memiliki anak dengan deretan angka merah, sepanjang anak telah berusaha, tidak perlu risau. Adakalanya mereka berprestasi setelah dewasa. Kisah dari Joko Pamungkas dalam Nekad Saja! Dapat menjadi wacana tentang munculnya sebuah prestasi (hal 31-37).

Joko Pamungkas adalah pemuda yang lahir di Purwokerto.  Pada masa Sekolah Dasar, Joko memiliki deretan angka merah dalam raportnya, kurang percaya diri dalam pergaulan.  Joko merasa tidak memiliki kemampuan publik speaking yang baik. Sebuah mental block karena kesalahan pola pikir terjadi padanya. Joko beranggapan dirinya lahir  bukan sebagai jenius, atau pun didukung kemampuan finansial yang mapan. 

Titik balik dialaminya ketika merasa bosan, hingga mencoba kompetisi dan akhirnya mati-matian mengusahakan “yang terbaik.” Ketika Joko berhasil, kompetisi berubah menjadi candu. Dan satu demi satu kemenangan diperoleh Joko Pamungkas, salah satunya adalah beasiswa dari DAAD Jerman.

Bahwa manusia tidak mengetahui, seberapa dekat jaraknya dengan sebuah keberhasilan, dipetik dari kisah Hadi Susanto. Hadi telah mengalahkan mental block yang diciptakan oleh lingkungan, sejak usia dini.  Seperti kalimat, “Untuk apa ke kota, anak petani tentu akan menjadi petani,” acapkali diterimanya. Orang tua bercerai, rumah dan tanah tanah terjual demi meneruskan sekolah, harus dilaluinya. Hingga sakit tanpa biaya di kost-an pun dialami Hadi Susanto, seorang mahasiswa yang akhirnya mendapat anugerah Ganesha Prize dari ITB Bandung. Yang menarik adalah, titik terang masalah datang saat Hadi berada di puncak keputus-asaan. Saat ini Hadi menjadi pengajar di School of Mathematical Science, University of Notingham Inggris (hal 57-61).

Adakalanya sebuah keberhasilan harus ditelan bersama kepahitan. Hal itu dialami Mulya Sitanggang,  seorang atlet Kempo peraih Emas Embu Beregu Sea Games 2011. Mulya Sitanggang jatuh bangun berusaha mendapatkan kesempatan ikut Seagames. Ketika kesempatan emas itu datang, mama yang menjadi semangatnya, justru sakit keras dan meninggal (hal 2-12).

Banyak anggapan bahwa menulis hanya pantas untuk  perempuan. Ketika seorang laki-laki menjadikannya sebagai cita-cita, dan keluarga besar tidak menyetujuinya, maka kalimat-kalimat negatif selalu melayang. Dan Iwan Alfarizy berhasil menjadikan kalimat-kalimat itu vitamin hingga titik keberhasilannya (hal  82-88).

Jangan pernah berputus asa terhadap anak. Dapat dipetik dari kisah Dhiya Azka Nafisa. Seorang anak yang pendiam,  kurang berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Saking malunya hanya menerima pelajaran dibalik pintu. Tetapi mampu menjadi juara dalam beberapa kontes yang mengandalkan kepercayaan diri tinggi (hal 196-203).



Selalu bersyukur diajarkan oleh Yaya. Seorang penderita penyakit jantung bawaan. Pada umumnya penyakit ini berakhir dengan kematian. Ketika Allah mengaruniakan kepada mereka umur panjang, cacat pertumbuhan badan pun dialami, perlu hati besar untuk melaluinya. Yaya berhasil melaluinya hingga menjabat director, dan menorehkan beberapa prestasi (hal 132-137).

Sebuah kisah dari Sukimah Yono.  Keterbatasan finansial berhasil melecut Sukimah Yono meraih nilai akademik tinggi, yang mengantarkannya  pada pertemuan jodoh. Semangat, konsistensi menjalankan puasa sunah menjadi bagian dalam langkah-langkahnya menuju keberhasilan (hal 186-193).

Secara keseluruhan, terdapat 35 kisah nyata dalam Catatan sang Pemenang. Masing-masing memiliki citra unik yang menginspirasi. Dari semua kisah yang disuguhkan dapat ditarik kesimpulan, bahwa setiap pemenang, harus mempunyai keyakinan yang teguh dan konsistensi. Semua penyakit memiliki obatnya, demikian juga setiap masalah selalu ada jalan keluarnya. Manusia tidak pernah tahu seberapa dekat mereka dengan tujuan.

Meskipun sarat hikmah buku setebal 320 halaman ini terasa ringan.  Bahasanya mengalir, tidak hanya untuk konsumsi dewasa tetapi juga anak-anak, SMP, SMU maupun perguruan tinggi. Covernya ramah, font serta tulisanpun, memanjakan mata. 


  Judul  Buku    : Catatan sang Pemenang
Penulis          : Tuti Sitanggang, dkk
Penerbit       :  PT Elex Media Komputindo
Cetakan       :  I/2013
Tebal            : 320 halaman
ISBN             : 978-602-02-09272









Tidak ada komentar:

Posting Komentar