Rabu, 23 Oktober 2013

Pelit Sejati atau Pelit Amatir ?


Judul         : Keluarga Super Irit
Penulis      : E-room
Ilustrator  : Ryu, Soo-hyung
Penerbit    : BIP 2013
Tebal        : 210 halaman

Di awal membeli buku ini saya adu argumen dengan Aka (nama anak saya) pasalnya sudah banyak komik terjemahan di rumah terbengkelai. Dibaca sebentar, sudah deh, diletakkan. Tetapi pada komik yang satu ini rupanya Aka “lekat” dipelihara pula, bahagia deh ortunya. Meski dalam beberapa hal ada norma-norma yang saya takut ikut lekat.

Ok langsung saja. Keluarga Super Irit ini membuat kita ngikik, campur nelangsa. Ngakak menjurus nggak tega. Meski sudah diadaptasi secara bahasa,... tetap saja etos mata sipitnya kental. Pekerja keras nan irit plus plus menuju ke pelit. Meski begitu banyak hal yang menarik dari buku ini. 
 
Cerita dimulai dari perusahaan Papa Bindae yang bangkrut, sehingga anak-anaknya harus pindah rumah. Bagian yang menyedihkan adalah, mereka baru saja pindah dari rumah tanpa kamar . Baru saja menikmati kebahagian dengan memiliki rumah 2 kamar. 
 
Untunglah mama Chansum tegar, meski menangis masih mampu mencanangkan gerakan penghematan. Sedang Na Doellong dan Na Sogeum (anaknya) meski awalnya menolak keras, karena tak ada pilihan, akhirnya menerima. Bahkan akhirnya, merekalah yang paling semangat berhemat, demi secepatnya menikmati rumah baru. 
 
Sembilan puluh persen buku ini bercerita tentang jatuh bangunnya keluarga “demi berhemat”. Beberapa cerita disajikan dengan “sangat penghematan”. Seperti pada cerita ke-11, ketika ingin membeli sayur, demi mendapat kol harga murah, papa relabersepeda puluhan kilometer. Namun ketika kembali ke rumah kol sudah kering , karenanya berat pun berkurang. Merasa berat tidak sama, Papa Bindae kembali bersepeda untuk mengembalikan kol. Konyol sekali bukan?? Tetapi saya yakin di negeri asal pengarang buku ini. Hal-hal tersebut bisa saja berlaku.

Saya jadi ingat cerita pemilik perusahaan cat skala nasional, dalam sebuah seminar yang saya ikuti. Ketika dalam perjuangan usahanya, dia berangkat ke Jakarta dibekali istrinya 3 rantang makanan. Demi berhemat, saat lapar pertama dia tidak langsung makan, kemudian memakannya sedikit demi sedikit. Dan terakhir rada-rada bau. Jadi makanan yang 3 rantang benar-benar menjadi 3 hari. 
 
Ketika sampai dirumah istri memasakkannya ayam (hoho menurut saya, saat itu dia gembira), tetapi saya salah, dia marah besar, hingga melarang istrinya beli ayam sebelum memiliki perusahaan.
Saya jadi berpikir, Apa iya penghematan seperti ini yang kita inginkan? Sorry out of topik,

Kembali ke “Keluarga Super Irit” , buku ini dibagi menjadi 11 cerita bergambar (komik) seluruh ceritanya adalah perjuangan berhemat yang sedih-sedih lucu (menangis sambil tertawa). Eitt, tapi tidak semua begitu lho, pada pergantian ceritanya disisipkan tips penghematan yang sebenarnya, seperti ini :
Busa sabun, ketahuilah dengan benar :
...
Air hangat 30-40 C bisa memperbanyak busa. Temperatur sangat penting untuk mengeluarkan busa sabun, karena lemak di noda baju larut pada temperatur 37 C jangan lebih tinggi karena justru membuat cucian terkontaminasi noda.

Tips seperti ini bahkan lebih banyak dari ceritanya, karena meskipun hanya 1-4 lembar per babnya, tetapi font dibuat lebih kecil. Dan insyaallah manfaat.

Tentang gaya bahasa, lumayan lebih bagus dari beberapa yang pernah terjemahan yang saya baca (tidak usah disebutkan yah) terlihat jelas kok kalau kita membuka beberapa deretan buku di gramedia. Ukuran buku, kertas, tampilan OK semua.

Terakhir, setelah jungkir balik, apakah usaha keluarga Bindae sia-sia? Tidak kawan !! Sangat berhasil malah, Keluarga kembali pindah pada rumah dua kamar. Dan cerita ini ditutup dengan sangat brilyan, hidup memang membuat putaran, meskipun telah berpindah pada rumah yang lebih besar, keluarga Bindae memang diwajibkan untuk selalu berhemat dan berjuang. 
Selamat Berhemat!!




1 komentar: