Judul : 10 Jurus Penangkal Sihir, Dengki Dan ‘Ain
Penulis : Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah : Sofyan Fuad Baswedan
Penerbit : At-Tibyan
Cetakan : Ke-V April 2010
Tanda orang yang bahagia adalah :
Ia mulai mengoreksi dirinya sendiri, dan mengoreksi semua dosa dan
kekurangannya, sibuk membenahi kekurangan dan memperbanyak taubat.
Seperti diketahui, setan adalah
mahkluk licik, nan pintar, tetapi Allah telah menakdirkan manusia sebagai
makhuk nan “sempurna”. Jadi sehebat
apapun kelicikan setan, tetap saja manusia bisa mengalahkannya (jika bertaqwa).
Karena manusialah khalifah di muka bumi.
Setan dengan kepandaian
rata-rata, mampu membujuk manusia untuk mengkonsumsi, minuman oplosan, pil
koplo, rokok. Lihai meniupkan fatamorgana bahwa minuman yang pahit itu begitu
lezat. Padahal jelas-jelas kenikmatannya tidak sebanding dengan manfaatnya.
Lalu bagaimana dengan Setan dengan kepandaian “plus,plus?” Alias
setan-setan yang bersekutu dengan jin dan manusia? Adakah manusia yang bisa
mengahkannya? Jelas tidak ada. Yang bisa mengalahkannya adalah Allah. Dan
manusia yang diberlindung dibalik kekuasaan Allah, adalah manusia yang paling
Aman.
Buku ini mengupas 10 cara untuk mendapatkan perlindungan Allah
tersebut. Setiap cara dijabarkan dalam
satu Bab.
Kesepuluh cara diatas, sebenarnya sudah pernah saya baca dalam buku
Memurnikan Taubat, dan Adab Berdoa Karya
Hasan Al Bana (CMIIW)). Tidak
mengherankan karena inti dari menangkal sihir, adalah kita meminta perindungan
kepada Allah dengan cara mendekatkan diri dan bertaubat.
Cara Pertama adalah Berlindung kepada Allah dari Kejahatan
Mahluknya.
Penulis menjabarkan dengan tiga surat : yaitu
QS Al Falaq, QS Ibrahim 34, dan QS Ghafir 56.
Penulis juga menjabarkan makna berbagi kata dalam ayat tesebut.
Ketika meminta perlindungan Allah dari sesuatu
yang tidak nampak mata, Allah mengajarkan kita menggunakan Assami’il ‘alim=
Yang maha Mengetahui (QS Al A’raf&
QS As Sajdah)
Namun ketika
berlindung dari manusia lain (dari dengki manusia lain) Allah mengajarkan
menggunakan Assam’ul bashir = Yang maha melihat (QS Al Mu’min/Ghafir 56)
Kedua adalah Bertakwa kepada Allah.
Bagaimana berharap Allah mau menolong, jika kita termasuk hamba yang tidak patuh QS
Ali Imron 120 serta Hadist “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya Engkau mendapatkannya dihadapanmu”
Cara Ketiga adalah Bersabar Atas Musuhnya.
Allah telah menghalalkan Qhisos (pembalasan yang setimpal).
QS Al Haj:6 (Dan barang siapa membalas dengan setimpal penganiayaan yang pernah
ia terima kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya)
Lalu bagaimana
dengan orang yang dizholimi tetapi tetap sabar (tidak membalas) dan berserah
kepada Allah? Apalagi dia termasuk hamba yang bertakwa? Tentu sunatullah
(ketetapan Allah) yang berjalan.
Cara Keempat adalah
Bertawakal kepada Allah
Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan
mencukupkan rizkinya (QS At Thalaq 3). Buku ini juga menjelaskan bahwa kaum
muslim mesti berhati-hati dengan pendapat : jika seorang sufi mencapai
tingkatan tertentu (setahap demi setahap) maka dia dapat beribadah tanpa perlu
syariat.
Cara Kelima : Mengosongkan Hati dengan Tidak Memikirkannya.
“Namun jika ia segera menarik ruh (alam pikiran)nya dari
musuhnya kemudian menjaga dirinya dengan tidak memikirkan atau mengingatnya,
bahkan ketika pikiran itu terlintas dibenaknya... Kedengkian (hasad) ibarat api,
takkala api itu tidak mendapati apa yang bisa dibakar, maka dia akan membakar
dirinya sendiri)” hal 20.
Cara Keenam : Bertaqarrub dan Mengikhlaskan Diri Untuk Allah
Pada Bab ini penulis mengingatkan pada Janji Iblis yang
diabadikan dalam QS As Shaad:82 “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan
semuanya. Kecuali hamba-hambamu yang mukhlish diantara mereka” (halaman 24)
Kemudian janji setan dijawab oleh Janji Allah (QS Al Hijr, 42)
“Sesungguhnya, hamba-hambaKu, tidak ada kekuasaanmu atas
mereka”.
Cara Ketujuh : Memurnikan Taubat untuk Allah.
Pada bab ini penulis runut, menjelaskan perlunya Taubat.
Pada awal Bab penulis menjelaskan bahwa apa yang menimpa kita sesungguhnya
adalah hasil perbuatan kita sendiri. Sehingga tidak ada alasan untuk
menyalahkan siapapun.
Tanda orang yang bahagia adalah :
Ia mulai mengoreksi dirinya sendiri, dan mengoreksi semua
dosa dan kekurangannya, sibuk membenahi kekurangan dan memperbanyak taubat.
Cara Kedelapan : Besedekah dan Berbuat Kebajikan Semampunya, disini penulis menjelaskan bahwa sedekah memiliki
kekuatan luar biasa untuk mencegah sihir ain.
Cara Kesembilan : Memadamkan Kedengkian Permusuhan dan
Gangguan Orang Dengan Berbuat Baik Kepadanya
Penulis menisbatkan uraian pada (Qs Fushihat 34-35, QS
28:54) Juga memberikan contoh pada sikap Rasullullah saat beliau dianiaya hingga
berdarah. Beliau berdoa:
“Ya Allah ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak
mengetahui”.
Cara Kesepuluh : Memurnikan Tauhid untuk Allah
Tauhid adalah awal dan akhir. Ketika memasuki islam yang
petama kali diucapkan adalah kalimat tauhid (syahadat). Ketika memasuki gerbang
kematian, yang pertama kali ditanyakan juga Tauhid.
Penulis memberikan kiblat QS Yunus 107, Serta sebuah hadist
riwayat Tarmidzi.
Ketika hati seseorang mulai bergantung kepada selain Allah,
berharap dan takut kepada selain Nya. Seketika itulah dia akan dikuasakan
kepada yang ditakutinya. (Hal 44)
Cara penyampaian buku ini enak, membumi dan mudah diterima
(meskipun tidak meremaja). Pembahasannya berisi, tidak normatif. Bukunya yang
tipis (hanya 40 hal) membuat nyaman. Termasuk juga untuk dibaca anak2.
Hanya saja, meskipun judul buku menangkal sihir, Ilustrasi
cover : lelaki menunduk dengan kepala terbungkus jaket, terkesan seram. Kurang
islami. Akan lebih elegan jika ilustrasi cover seseorang bergerak menuju
cahaya. Sehingga fokus awal calon
pembaca tidak pada setannya melainkan pada cahayannya. Selaras dengan isinya.
Semoga pengarang dan penerbitnya dirahmati.
Eh, termasuk peresensinya deng,...Amin